Terima kasih dan Selamat jalan Mgr. Isak Doera
Telah berpulang Mgr. Isak Doera, yang bernama lengkap Wilhelmus Isak Doera pada tanggal 19 Mei 2012 di Rumah Sakit St. Karolus Jakarta pada pk. 10.00 WIB karena sakit. Beliau dilahirkan di Jopu, Ende, Flores pada tangal 26 September 1931 dari orangtua: Ibu Clara Maru dan Bapak Mikhael Bhoka, seorang katekis. Menempuh dan menyelesaikan pendidikan di Seminari Menengah Mataloko dan Seminari Tinggi Ritapiret, Beliau ditahbiskan sebagai imam diosesan di Ende pada 18 Januari 1959 melalui penumpangan tangan Mgr. Antonius Theyssen SVD, Uskup Agung Ende.
Setelah ditugaskan di berbagai karya pastoral, seperti pastor Paroki, penilik sekolah, anggota DPR, Beliau juga ditugaskan sebagai Pastor Militer yang akhirnya membawa Beliau berkarya di Kesukupan Agung Pontianak. Setelah berkonsultasi dengan Mgr. Herkulanus OFM Cap, karena namanya masuk terna, akhirnya Romo Isak Doera dipindahkan dari keuskupan Pontianak ke keuskupan Sintang pada tanggal 5 Mei 1975 dan diangkat menjadi Pastor Paroki Katedral Sintang dan ditetapkan oleh Paus Paulus VI sebagai Uskup Sintang melalui bulla Quandoquidem praedicare Evangelium Usque ad ultimum terrae est munus Ecclesiae pada tanggal 9 Desember 1976,[1] yang baru diumumkan pada tanggal 2 Februari 1977.
Beliau ditahbiskan oleh Kardinal Yustinus Darmoyuwono, serta co-konsekratornya ialah Mgr. Hieronimus Bumbun, OFM Cap dan Mgr. Vitalis Djebarus, SVD, di Katedral Sintang, pada tanggal 19 Mei 1977. Beliau memilih moto episkopal “Allah Adalah Kasih (1 Yoh 4:16). Setelah mengabdi selama delapan belas tahun sebagai Uskup Sintang, Beliau mengundurkan diri pada tanggal 19 Januari 1996. Kini, sebagai Uskup emeritus, di masa tuanya, Beliau beristirahat di Jakarta sambil melayani umat Allah dan kelompok yang membutuhkan pelayanannya.
Melihat betapa Keuskupan Sintang sangat kekurangan tenaga, baik tenaga klerikal, suster maupun katekis dan tenaga awam lainnya untuk karya pastoral, maka berbagai usaha Beliau lakukan untuk mengatasinya. Diantaranya: mendatangkan sekitar seribu orang guru SD dari NTT pada tahun 1977; Imam SVD pada tahun 1978 melayani umat Allah di Merakai dan Senaning; Pada tanggal 4 Januari 1980 datanglah lima orang suster Kongregasi Soeurs de la Charite de Sainte Jeanne Antide Thouret (SdC) ke Indonesia. Setelah menyelesaikan kursus bahasa Indonesia di Bandung selama enam bulan, mereka pun tiba di Sintang pada tanggal 10 Mei 1980. Para suster SdC bertugas di Temanang dan Lengkenat, paroki Sepauk; pada tanggal 23 Desember 1980, datanglah para suster Ursulin (OSU), yang memilih paroki Nobal sebagai tempat mereka berkarya. Tahun 1994, suster Ursulin meninggalkan Nobal dan pindah ke Nanga Pinoh.
Atas persetujuan Dewan Imam Keuskupan Sintang pada tahun 1983, maka didirikanlah Seminari Tinggi Betang Batara di Bandung, tempat pendidikan dan pembinaan bagi para frater calon imam dioses Sintang. Betang Batara ditutup pada tahun 2002 dan dipindahkan ke Malang, bergabung dengan para calon imam diosesan dari keuskupan lainnya, yaitu keuskupan Pontianak, Samarinda, Banjarmasin, Sanggau, Palangkaraya, Tanjung Selor, dan Malang.
Setelah melihat mulai ada kemungkinan mendapatkan calon dari putera daerah, maka Beliau membuka Seminari Menengah Sto. Yohanes Maria Vianney di Teluk Menyurai pada tahun 1994 untuk menampung calon-calon frater dari Kalimantan. Kompleks Bina Remaja diubah menjadi kompleks seminari menengah.
Selamat Jalan Monsignur, terima kasih atas penggembalaaan selama ini. Amin