Konkordansi Alkitab

Konkordat Ekaristi

Lanjutan

Youtube: Inaugural Mass

Pengunjung Situs

27324
Hari ini20
Kemarin39
Minggu ini176
Bulan ini631
Selama ini27324
204.236.226.210

Uskup Pribumi I Kalimantan Timur

Seluruh rindu, cinta, doa, dan harapanku, hanya kepada-Mu, Tuhan. Biar hidup sepahit empedu, hati tetap seharum bunga dan semanis madu (status terakhir Sului Florentinus di BlackBerry Messenger)

SEPEKAN lalu, kalimat itu menyegarkan laman profil BlackBerry Messenger milik Uskup Agung Samarinda Monseignur Sului Florentinus MSF. Adalah jarang, Uskup Sului memutakhirkan profil dengan menulis sebuah status. Namun setiap kali dia menulis sesuatu, selalu saja berisi kalimat yang teduh. 

Senin (15/7) lalu, Uskup berangkat ke Jakarta. Pria 65 tahun yang lahir pada 11 Desember 1948 di Desa Tering Lama, Kecamatan Long Iram (kini Tering), Kutai Barat, itu ingin mengobati katarak. Di RS Medistra Jakarta, Uskup Sului menjalani operasi.

Namun setelah operasi, penyakit jantung yang telah lama diidapnya tiba-tiba kambuh. Uskup pun dijadwalkan kembali ke meja bedah untuk mengoperasi jantung. Belum lagi operasi tiba, Yang Kuasa telah memanggil alumnus SMP Katolik WR Soepratman, Samarinda, ini. Pria yang diketahui juga menderita stroke di batang otak ini berpulang ke rumah Pencipta pada Kamis (18/7) malam tadi, pukul 19.30 WIB.

Dalam perbincangan dengan Kaltim Post, Paskah lalu, Uskup Sului menceritakan jalan hidupnya. Dia lahir di desa yang bersisi dengan aliran Sungai Mahakam. Oleh sang ayah, Petrus Hajang Hau, dan ibunya, Elisabet Pinaang Muwat, dia diberi nama Hibau.

Hingga berusia dua tahun, Hibau kerap sakit-sakitan. Sampai akhirnya, dia dibawa ke dua dukun bernama Rumakng dan Terakng. Lewat pengobatan tradisional, nama Hibau diubah menjadi Sului.

Dalam bahasa setempat, Sului berarti “tusukan.” Dia tumbuh besar di desa yang beberapa puluh tahun kemudian ramai karena berdiri dermaga milik tambang emas PT Kelian Equatorial Mining. Sang ayah, Hajang Hau, seorang tokoh adat yang bertanggung jawab dalam acara adat ketika menanam padi.

Kedua orangtua Uskup Sului masih memeluk kepercayaan tradisional. Sementara itu, telah berdiri Gereja Paroki Katolik Keluarga Kudus. Di situ, Sului dibaptis dan mendapat nama Florentinus pada 3 April 1958. 

Dia menyelesaikan pendidikan dasar di SD Katolik Tering, satu-satunya sekolah di desa. Ketika kelas lima, dia pernah tinggal kelas. Gara-garanya sepele, dia keasyikan bermain di sebuah pemotongan kayu dan tidak masuk sekolah. Pada 1962, dia lulus dan pergi ke Samarinda untuk melanjutkan pendidikan di SMP Katolik WR Soepratman Samarinda.

Itulah satu-satunya SMP di Kota Tepian pada masa itu. Setelah lulus SMP, Sului sangat ingin melanjutkan sekolah. Akhirnya, dia memilih Seminari Menengah St Yosep Samarinda, sebuah wadah bagi calon pastor. Di situ dia menguasai bahasa Latin, liturgi, hingga bahasa Inggris.

Sului lulus SMA Katolik pada 1968 sekaligus menyelesaikan seminari menengah. Dia lalu pergi ke Sekolah Tinggi Filsafat Teologi, Jogjakarta. Panggilan rohani kepadanya tiba ketika memutuskan masuk Biara Misionaris Keluarga Kudus (MSF) untuk menjalankan tiga janji: ketaatan, kesederhanaan, dan kemurnian. Taat ditempatkan di mana saja, sederhana dalam kehidupan, dan kemurnian hati termasuk tidak menikah seumur hidup untuk berkarya.

“Saya terlanjur masuk seminari tinggi, ya, jadi pastor sekalian. Selalu sulit untuk menjelaskan tentang panggilan. Semua adalah kerja Tuhan,” tutur Uskup Sului ketika ditemui di Keuskupan Agung Samarinda di Jalan DI Panjaitan.


PRIBUMI PERTAMA

Usai ditahbiskan sebagai imam, dia ditugaskan ke tempat terpencil di hulu Sungai Mahakam pada 1976. Dengan perahu bermesin satu, Pastor Sului berangkat ke Long Pahangai, kini sebuah kecamatan paling utara Kutai Barat, tempat pertama dia bertugas.

Di daerah perbatasan dengan Malaysia itu, mayoritas penduduk beragama Katolik. Agama ini datang di sepanjang aliran Mahakam pada 1907 dibawa misionaris Belanda. Empat tahun mengabdi di Long Pahangai, Sului ditugaskan di Samarinda pada 1980.

Merunut sejarahnya, Keuskupan Samarinda sejak awal berdiri dipimpin pastor dari Belanda. Urutannya ialah Monseignur (Mgr) Y Groen, Mgr De Marteau, Mgr Romeijn, dan Mgr Michael Choomans. Ketika Choomans menjadi uskup, pada awal 1990-an, Sului adalah wakilnya.

Saat Uskup Choomans meninggal, Sului pun menggantikannya. Dia diangkat pada 5 April 1993 dan menjadi uskup asal Indonesia pertama --yang juga berdarah Dayak-- di Keuskupan Samarinda. Bersama itu, sepanjang hidupnya melekat sebutan monsinyur (monseignur/Mgr), gelar bagi para uskup.

Seiring berubahnya Keuskupan Samarinda menjadi Keuskupan Agung Samarinda pada 2003, Sului menjadi uskup agung. Memahami struktur gereja Katolik, Uskup Sului yang menjadi penasihat Forum Komunikasi Persaudaraan Masyarakat Kaltim memisalkan lewat struktur pemerintahan.

“Stasi bisa disetarakan dengan kelurahan, paroki kecamatan, lalu kevikepan adalah kabupaten/kota, dan keuskupan adalah provinsi,” terangnya. Tugas keuskupan agung adalah mengoordinasi keuskupan sekitar. Untuk Keuskupan Agung Samarinda terdapat tiga keuskupan yaitu Keuskupan Tanjung Selor, Keuskupan Banjarmasin, dan Keuskupan Palangkaraya dengan total umat sekitar 400 ribu orang.

Di Kalimantan, hanya ada dua keuskupan agung yakni di Samarinda dan di Pontianak. Sedangkan di Indonesia, ada sembilan keuskupan agung yang bertemu setiap tahun dalam Konferensi Wali-gereja Indonesia.


DIMAKAMKAN DI SEI SIRING

Kepergian sang uskup meninggalkan duka bagi seluruh umat Katolik Kaltim. Uskup Sului akan dimakamkan di Makam Katolik Samarinda di Sungai Siring. Menurut rencana, jenazah dibawa dari Jakarta pada Sabtu (20/7) pagi.


Sebelum dikebumikan, jelas Ekonom Keuskupan Agung Samarinda, Pastor Hendrikus Nuwa SVD, akan diibadahkan dulu di Katedral Santa Maria, Samarinda. “Untuk sementara, kepemimpinan keuskupan oleh anggota dewan keuskupan tertua sampai pemilihan baru. Anggota dewan akan memilih pejabat sementara,” terang Hendrikus ketika ditemui malam tadi. Sedangkan pejabat sementara bertugas hingga Vatikan memilih uskup yang baru. 

 

Sumber :

https://www.kaltimpost.co.id/berita/detail/25448/uskup-pribumi-pertama-di-kaltim-dimakamkan-di-sei-siring.html