Konkordansi Alkitab

Konkordat Ekaristi

Lanjutan

Youtube: Inaugural Mass

Pengunjung Situs

27324
Hari ini20
Kemarin39
Minggu ini176
Bulan ini631
Selama ini27324
204.236.226.210

Pentahbisan Imam Projo Keuskupan Sintang

Pada tanggal 25 Juli 2013 ditambahkan 2 orang kedalam bilangan para Imam Projo Keuskupan Sintang. Dengan demikian, jumlah Imam Projo Keuskupan Sintang menjadi 40 Imam.

Kali ini, Paroki “Kristus Raja” Katedral Sintang dipercayakan sebagai penyelenggara tahbisan Imam. Perayaan ini dihadiri oleh umat dari Paroki Katedral dan Sei Durian dan sekitar 50 imam menumpangkan tangan untuk imam baru.

Mereka yang ditahbiskan  Mgr. Agustinus Agus, Uskup Sintang adalah Diakon Yohanes Triyadi dan Diakon Imanuel Yosep Faot.

Riwayat Panggilan Diakon Yohanes Triyadi (Ranyai Hilir, 17 Juni 1982)

“Bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan" (2 kor.  4 : 5)

Setelah tamat SMP tahun 1999, Frater Triyadi diminta oleh umat di stasi untuk ikut kursus menjadi pemimpin ibadat mewakili stasinya di Paroki Sejiram. Setelah selesai kursus di pusat paroki, dia di minta oleh pastor paroki untuk melanjutkan kursus tersebut ke Seminari. Tanpa berpikir panjang, dia langsung mengiyakan dan lalu masuk Seminari Menengah St. Yohanes Maria Vianney Sintang pada tahun ajaran 1999/2000 dan sekolah di SMU  Panca Setya Sintang. Ketika dia mengikuti tes masuk seminari, waktu itulah, ia baru tahu kalau seminari itu adalah tempat pendidikan calon imam. Walaupun demikian, dia tidak kecewa. Dia malah semakin senang karena hidup dia akan semakin berguna baik bagi dirinya maupun bagi sesama dan Tuhan. Dia bisa melayani sesama dan Tuhan. Maka di Seminari Menengah inilah panggilan menjadi Imam tumbuh dalam dirinya. Setelah tamat Seminari Menengah Sintang pada tahun 2002, ia melanjutkan studinya ke Seminari Tinggi dan dia memilih untuk menjadi calon Imam Keuskupan Sintang. 

 

Riwayat Panggilan Diakon Imanuel Yosep Faot (Semuntai, 27 Maret 1985)

“Bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan" (2 kor.  4 : 5)

Diakon Imanuel, merasakan bahwa pada saat masih SD sudah ada keinginan untuk menjadi Imam. Ini berangkat dari pengalaman sederhana bertemu dengan pastor-pastor yang selalu tampil gembira dan membawa kebahagiaan pada setiap orang yang ditemuinya, maka setelah dia selesai menempuh jenjang pendidikan SMP, mimpinya ketika masih kecil untuk menjadi orang yang membawa kegembiraan bagi orang lain seperti para pastor yang dijumpainya muncul kembali.

Mimpi tersebut kemudian mendorongnya untuk memberanikan diri melanjutkan sekolahnya di Seminari Menengah St. Yohanes Maria Vianey Sintang. Menjalani masa pendidikan di Seminari Menengah dan Sekolah Menengah Umum secara bersamaan tidaklah mudah.

Pengalaman yang paling sulit dipahaminya adalah kenyataan bahwa pastor yang ditemuinya di seminari sangat berbeda dengan pengalaman masa kecilnya. Namun berkat dukungan keluarga, teman-teman dan para pastor pembimbing di Seminari, ia dapat terus bertahan dan akhirnya menyelesaikan masa pendidikan di Seminari Menengah. setelah itu dia memberanikan diri untuk melamar menjadi calon Imam Keuskupan Sintang.

Salam Imam Baru.